3 Ilmu kalam, yaitu ilmu tauhid yang membicarakan tentang keesaan Allah, sekaligus membicarakan sifat-sifat-Nya. 4. Ilmu qiro’at, yaitu ilmu yang membahas macam-macam bacaan yang telah diterima dari Nabi Muhammad (Qiro’atus Sab’ah). 5. Ilmu tajwid, yaitu ilmu yang membahas cara-cara yang benar dalam membaca Alquran. 6.
DalamAl-Quran disebutkan: إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hannyalah para ulama. (Surat Fathir: 28) Para ulama dengan ilmunya mampu mengantar diri mereka kepada derajat luhur di hadapan Allah SWT.
SikerTebu Ireng Pagar Gaib Adalah sarana pagar gaib terhadap pelaku kejahatan dan yang menggunakan empat tebu yang sudah di ritual kan secara khusus oleh Master Spiritual Kang Masrukhan. Caranya sangat mudah, Anda cukup menancapkan di empat sudut tempat (rumah, kantor, pabrik dll.) yang Anda kehendaki. Tebu ireng dari zaman dahulu sudah di percaya oleh
Mencariilmu termasuk amal shalih yang bisa dilakukan wanita haid di bulan Ramadhan baik dilakukan dengan mendatangi majelis ilmu maupun mempelajari isi buku. Banyak Nash yang menunjukkan keutamaan mencari ilmu. Sejarah Perkembangan Tebu Ireng; Runtuhnya Majapahit Bukan Karena Serangan Demak; Sejarah Kesultanan Selangor; Sejarah
1 KH. Hasyim Asy’ari : Pendiri, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) Bahkan beliau tercatat sebagai Pahlawan Nasional. 2. KHR. As’ad Syamsul Arifin : Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo.
Demikiandisampaikan Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang KH Salahuddin Wahid dalam seminar bertajuk "Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan untuk Indonesia" yang diselenggarakan di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa (6/10) pagi. "Umat Islam sedunia terus mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan keilmuan dan teknologi.
wuL7Sl. Satu dari sekian tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama NU yang layak disematkan gelar pahlawan adalah KH Masjkur baca Masykur. Kiai Masjkur yang pernah mengemban amanah sebagai Menteri Agama RI ini ikut berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah dan terdaftar sebagai salah satu “the founding father”. Perjuangan ulama yang lahir di Singosari Malang tahun 1899 M/1315 H ini telah dirintis sejak usia muda di bidang pendidikan, dengan mendirikan Pesantren Misbahul Wathan. Namun, sebelum mendirikan pesantren dan terjun ke masyarakat, Masjkur muda terlebih dahulu telah mempersiapkan modal awal bagi dirinya sendiri, dengan mengenyam pelajaran agama di beberapa pesantren dengan berbagai konsentrasi keilmuan, antara lain Pesantren Kresek Cibatu, Pesantren Bungkuk Malang di bawah asuhan Kiai Thohir, Pesantren Sono Bundaran Sidoarjo untuk belajar nahwu sharaf dan di Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo untuk memperdalam ilmu fiqih. Kemudian, di Tebu Ireng Jombang, ia menimba ilmu hadist dan tafsir dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Selain itu, Masjkur muda juga pernah berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Maka lengkap sudah, modal awal yang dimilikinya untuk menjadi seorang calon ulama dan pemimpin umat. Ia juga sempat menjadi santri di Pesantren Jamsaren Surakarta, di bawah asuhan KH Idris, seorang kiai keturunan pasukan Pangeran Diponegoro. Di pesantren ini pula, ia bertemu dengan kawan-kawannya yang kelak juga menjadi pemimpin umat, antara lain KH Mustain Tuban, KH Arwani Amin Kudus dan sebagainya. Sifat Kiai Idris yang terkenal non-kooperatif terhadap Belanda, ikut tertanam dalam jiwa sang murid, yang sedikit banyak mulai memahami arti penting perjuangan. Mendirikan Pesantren Setelah melanglangbuana ke berbagai daerah untuk menuntut ilmu, ia kembali ke Singosari dan di sana ia membuka pesantren yang diberi nama Misbahul Wathan Pelita Tanah Air pada tahun 1923. Beberapa tahun berikutnya, ketika Nahdlatul Ulama berdiri, ia pun ikut aktif di dalamnya, dan di tahun 1932 ia sudah menjadi Ketua Cabang NU Kota Malang. Di organisasi tersebut, ia sering meminta nasihat kepada KH Wahab Chasbullah. Salah satunya, ketika pesantren yang ia pimpin sering mendapat gangguan dari pemerintah kolonial. Atas saran Kiai Wahab pula, ia kemudian mengganti nama pesantrennya menjadi Nahdlatul Wathan Kebangkitan Tanah Air. Sebelumnya, bersama Kiai Wahab, Kiai Masjkur juga sering mengikuti kegiatan kelompok Tashwirul Afkar yang sering membahas agama, dakwah dan sosial. Pada tahun 1938, Masjkur diangkat sebagai salah satu Pengurus Besar NU yang berkedudukan pusat di Surabaya. Perjuangan Perang Keinginan untuk terbebas dari belenggu penjajahan, membuat para putera bangsa ini ikut mengangkat senjata untuk merebut kemerdekaan. Termasuk, Kiai Masjkur yang kala itu masih aktif sebagai seorang pengajar di Nahdlatul Wathan dan aktivis NU. Pada zaman pendudukan Jepang, Masjkur menjadi utusan dari Karesidenan Malang untuk mengikuti latihan kemiliteran di Bogor, disusul dengan latihan khusus bagi ulama. Dari itulah, “karirnya” di bidang militer dimulai. Ia berjuang bersama pasukan Hizbullah. Hingga, sejak 1945-1947 ia diangkat menjadi Ketua Markas Tertinggi Sub. Bagian Sabilillah yang berpusat di Kota Malang. Belakangan, ia juga ikut dimasukkan dalam Dewan Pertahanan Negara dan anggota Konstituante. Dalam suasana perang yang tengah berkecamuk, Masjkur beberapa kali dipercaya untuk mengemban amanah Menteri Agama Menag, secara berturut-turut pada Kabinet Amir Syarifuddin 1947, Kabinet Presidenssil Moh. Hatta 1948, Kabinet VII Negara RI, Kabinet Darurat dan Komisariat PDRI 1949, Kabinet Hatta 1949 dan Kabinet Peralihan RI. Ia sempat mundur dari posisi Menag, karena sakit-sakitan akibat bergerilya. Pada masa Kabinet Ali-Arifin 1953-1955 ia kembali dipercaya untuk menjadi Menag. Alhasil, ketika menjadi seorang menteri, ia juga ikut bergerilya bersama para pejuang lainnya pernah pula bergabung bersama kelompok gerilyawan yang dipimpin Panglima Besar Soedirman, sembari tetap mengatur jalannya kementrian yang ia pimpin, mulai dari soal instruksi serta peraturan darurat. Kemudian juga menyusun KUA, pengadilan agama, pendidikan, madrasah, mengatur shalat, dan membantu secara nyata perjuangan nasional. Sebagai Menag, tiap bulan ia mendapat gaji Rp. 300 Oeang Repoeblik Indonesia ORI, jumlah uang yang saat itu cukup untuk makan sekeluarga selama sepekan. Saat kembali menjadi Menag, di tahun 1954 Kiai Masjkur memprakarsai Konferensi Ulama yang diadakan di Cipanas Jawa Barat. Pertemuan para ulama tersebut, salah satunya menetapkan gelar “Waliyul Amri Dlaruri bis Syaukah” pemegang pemerintahan dalam keadaan darurat dengan kekuasaan penuh untuk Presiden Soekarno. Penetapan tersebut berdasar pada pertimbangan syara’, yakni Presiden RI saat itu terpilih belum memperoleh “baiat” dari rakyat karena tidak dipilih melalui Pemilu. Penetapan itu sekaligus menghapus kecurigaan dari golongan tertentu, apakah umat Islam Indonesia mengakui kepemimpinan Soekarno RI atau Kartosuwiryo DI/TII. Memimpin NU September 1951, menjelang dilaksanakannya Muktamar NU ke-19 yang akan dihelat di Palembang, Saat itu NU masih masuk dalam Masyumi, PBNU membentuk sebuah badan yang bernama Majelis Pertimbangan Politik MPP PBNU, terdiri dari 9 ulama, termasuk di dalamnya Kiai Masjkur. Badan tersebut dibentuk dalam sebuah rapat PBNU yang diadakan di sebuah rumah milik KH Abdulmukti, Jl. Slamet Riyadi 45 Solo. Kemudian, Muktamar NU ke-19 digelar 26 April – 1 Mei 1952 dan menghasilkan sebuah keputusan penting NU memisahkan diri dari Masyumi! Sejak Muktamar NU ke-19, Kiai Masjkur memimpin NU sebagai Ketua Umum Tanfidziyah. bersama KH Wahid Hasyim yang menjadi Ketua Muda. Sedangkan posisi Rais Aam masih dipegang KH Wahab Chasbullah. Namun, setelah wafatnya KH Wahid Hasyim serta diangkatnya KH Masjkur kembali menjadi Menteri Agama, maka PB Tanfidziyah sehari-hari dipimpin oleh KH M Dahlan. Kiai Masjkur terus berjuang bersama NU hingga akhir hayatnya. Tercatat selepas menjadi ketua, ia tetap aktif di kepengurusan PBNU yakni anggota tanfidziyah 1954-1956, Ketua Fraksi Konstituante Partai NU 1956-1959, Ketua Sarbumusi 1959-1962, Rais Syuriyah 1967-1971, 1971-1979 dan Mustasyar 1984-1989, 1989-1994. Hingga wafat pada tahun 1992, Kiai Maskjur masih tercatat dalam kepengurusan Mustasyar PBNU. Kiai Masjkur dimakamkan di pemakaman yang terletak di kompleks Masjid Bungkuk Singosari Malang, yang juga terdapat makam KH Nahrawi Thohir dan Kiai Thohir. Lahumul-fatihah!
Banyak orang kesulitan mendapatkan informasi tentang amalan tenaga dalam silat tebu ireng, oleh karena itu situs ini berdiri dengan tujuan memberikan informasi bagi anda terkait dengan amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang sedang anda cari. Pada halaman ini, kami mempunyai informasi tentang amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang bisa Anda baca. Anda juga bisa membaca kumpulan artikel lainnya seperti amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang Anda baca saat ini. Bila ingin menjadikan artikel amalan tenaga dalam silat tebu ireng sebagai bahan kliping atau makalah, di sini anda bisa mendownloadnya secara gratis. amalan tenaga dalam silat tebu ireng adalah salah satu artikel yang paling banyak dicari dan diminati oleh banyak orang. Setiap orang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel amalan tenaga dalam silat tebu ireng di internet. Namun sayangnya, artikel amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang diminati oleh banyak orang ini sangat terbatas jumlahnya di internet. Dan untungnya selalu update artikel terbaru tentang hal-hal yang berkaitan dengan amalan tenaga dalam silat tebu ireng. Keputusan Anda untuk mengunjungi situs sangatlah tepat. Apapun alasan Anda untuk mencari artikel tentang amalan tenaga dalam silat tebu ireng, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang sedang Anda cari. Harapan kami, Informasi tentang amalan tenaga dalam silat tebu ireng yang disajikan di halaman ini bisa membantu Anda dalam mendapatkan informasi terkait dengan amalan tenaga dalam silat tebu ireng. Jika informasi yang disajikan di halaman ini tidak sesuai dengan keinginan Anda, silahkan jelajahi website ini melalui menu atau kategori agar Anda bisa mendapatkan informasi terkait amalan tenaga dalam silat tebu ireng sesuai dengan kebutuhan Anda. =================Bopo Je WA 085879593262Praktek hari Senin jam BCARek 3920152944
- KH Abdurrahman Wahid atau sapaan akrabnya Gus Dur pernah suatu ketika mengnungkap misteri tentang Tebu Ireng yang di percaya sebagai tempat lahirnya para Wali Allah SWT. Tebu Ireng sendiri adalah sebuah pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur. Kisahnya menjadi sebuah cerita turun temurun hingga misterinya diungkap oleh Gus Dur. Tebu Ireng ini telah diramalkan oleh sesosok kakek tua dengan jubah putih yang memiliki jenggot panjang bahwa Tebu Ireng nanti akan menjadi tempat lahirnya para Wali Allah. Kisah ramalan ini sudah menjadi kisah turun temurun. Cerita ini terbukti dari lahirnya Syekh Hasyim Asy'ari dan keturunannya Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid yang diyakini sebagai Wali Allah. Hingga kini makam dari beliau ini selalu ramai oleh peziarah. Seorang Kyai yang telah sepuh, almarhum Ki Zubaidi Muslih adalah sosok guru pelajaran ilmu tauhid kitab kifayatul awam. Beliau begitu diakugumi dengan kisah-kisah beliau tentang sejarah sastra mistik maupun pengalaman pribadi dirinya, dan tentunya tentang keluasan ilmunya. Kisah ramalan Tebu Ireng terjadi jauh sebelum pesantren ini berdiri, sekitar ditahun 1899. Awalnya disebutkan bahwa ada seorang waliyullah yang datang, sebelumnya tak ada yang mengetahui siapa sosok ini, dari mana dan mau kemana tidak ada yang tahu. Baca Juga Guyonan Gus Dur, Ini Agama yang Paling Dekat Dengan Tuhan Sosok Wali itu datang menggunakan pakaian serba putih dan berjenggot panjang yang berhenti di tepian sungai, lalu ia mengamati seraya bertutur dengan kasafnya. "Kelak di tempat ini akan datang seorang yang alim ilmunya menyinari negeri" ucap orang tua berjubah. Tepian sungai yang dulu menjadi tempatnya berhenti itu sekarang adalah pondok pesantren Tebu Ireng. Setelah mengatakan hal tersebut, sosok tersebut lantas berlalu begitu saja. Namun ternyata prediksi beliau itu tidaklah meleset. Sosok orang alim yang dimaksud, adalah Hadratussyekh Kyai haji Muhammad Hasyim Asy'ari beserta keturunan serta para santrinya. Dilain hari terdapat sebuah kisah sejarah yang tertulis dalam buku sejarah miliki alumni, kisah tersebut menyebutkan bahwa ada sosok kakek tua yang berdiam diri di sebuah pohon, dan dia menjadikan pohon itu sebagai tempat berteduhnya berhari-hari. Seolah kisahnya masih berkesinambungan dengan sosok yang meramalkan Tebu Ireng, sosok Wali tersebut lantas berpesan kalu dirinya wafat maka dia ingin dimakamkan dibawah pohon tersebut. Baca Juga Pandangan Gus Dur Tentang Negara Islam Ternyata Seperti Ini
Sejarah Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. ©2021 - Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur merupakan salah satu institusi pendidikan berbasis pesantren yang sangat terkenal di Indonesia. Namun, siapa sangka jika dulunya pondok pesantren ini berupa bangunan kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Tebuireng merupakan nama pedukuhan yang termasuk wilayah administratif Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Nama pedukuhan ini kemudian dijadikan nama pesantren yang didirikan oleh KH. M. Hasyim Asy’ari. Asal Mula Nama Tebuireng Almarhum KH. Ishomuddin Hadzik Gus Ishom pernah bercerita mengenai asal usul nama Tebuireng. Konon, nama tersebut berasal dari kata “kebo ireng” yang artinya kerbau hitam. Dulu, ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berwarna kuning. Suatu hari kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari ke sana ke mari, kerbau tersebut ditemukan terperosok di rawa-rawa. Tubuhnya penuh lintah dan sekujur kulitnya berubah menjadi hitam. Peristiwa ini membuat pemilik kerbau berteriak “kebo ireng…kebo ireng”. Sejak saat itu, dusun tersebut dikenal dengan nama Kebo Ireng. Selanjutnya, ketika penduduk dusun mulai ramai, nama Kebo Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui pasti kapan perubahan itu terjadi. Penamaan Tebuireng diduga ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun yang mendorong masyarakat menanam tebu. Ada kemungkinan, tebu yang ditanam berwarna hitam sehingga dusun tersebut dinamakan Tebu Ireng tebu yang berwarna hitam. Nama Tebu dan Ireng kemudian digabung menjadi Tebuireng, tanpa pemisah spasi. Dalam terminologi Ilmu Nahwu, penggabungan dua nama menjadi satu seperti itu, disebut Murokkab Majzi. Ada versi lain yang menjelaskan bahwa nama Tebuireng merupakan pemberian dari seorang punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sana, seperti dilansir lama resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur diakses 2 Agustus 2021. Berdirinya Pesantren Tebuireng Pada penghujung abad ke-19, di sekitar Tebuireng banyak bermunculan pabrik milik orang asing, terutama pabrik gula. Dilihat dari sisi ekonomi, keberadaan pabrik-pabrik tersebut menguntungkan karena akan membuka banyak lapangan kerja. Tetapi dari sisi psikologis justru merugikan, lantaran masyarakat belum siap menghadapi industrialisasi. Masyarakat belum terbiasa menerima upah sebagai buruh pabrik. Akhirnya, upah yang mereka terima digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif-hedonis, seperti berjudi dan pesta miras. Ketergantungan rakyat terhadap pabrik berlanjut pada penjualan tanah-tanah rakyat yang memungkinkan hilangnya hak milik atas tanah. Hal ini diperparah dengan gaya hidup masyarakat yang sangat jauh dari nilai-nilai agama. Kondisi masyarakat yang demikian menimbulkan keprihatinan mendalam pada diri Kiai Hasyim. Beliau kemudian membeli sebidang tanah milik seorang dalang terkenal di dusun Tebuireng. Pada 26 Rabiul Awal 1317 H atau 3 Agustus 1899, Kiai Hasyim mendirikan sebuah bangunan kecil yang terbuat dari anyaman bambu berukuran 6x8 meter. Bangunan sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat tinggal Kiai Hasyim bersama istrinya, Nyai Khodijah. Sementara bagian depan dijadikan musala. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang. tiga bulan kemudian jumlahnya meningkat menjadi 28 orang. Intimidasi dan Fitnah Kehadiran Kiai Hasyim dan Pondok Pesantren Tebuireng tidak langsung mendapat sambutan baik oleh masyarakat setempat. Intimidasi dan fitnah datang silih berganti. Selain Kiai Hasyim, para santri juga sering mendapat teror dari kelompok-kelompok yang tidak menyukai keberadaan pesantren di Tebuireng. Teror yang membayangi Pesantren Tebuireng kala itu beraneka ragam. Mulai pelemparan batu, kayu, atau penusukan senjata tajam ke bilik bambu yang menjadi bangunan pondok. Para santri seringkali tidur bergerombol di tengah-tengah ruangan lantaran takut tertusuk benda tajam. Di luar pondok, para santri juga mengalami gangguan. Mereka diancam untuk meninggalkan pengaruh Kiai Hasyim. Gangguan-gangguan tersebut berlangsung selama dua setengah tahun. Untuk menghadapi hal tersebut, para santri disiagakan berjaga secara Pencak Silat dan Kanuragan Saat gangguan semakin membahayakan dan menghalangi sejumlah aktivitas santri, Kiai Hasyim mengutus seorang santri pergi ke Cirebon, Jawa Barat guna menemui Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai Sansuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Keempatnya merupakan sahabat karib Kiai Hasyim. Keempat kiai tersebut diundang Kiai Hasyim ke Tebuireng untuk melatih pencak silat dan kanuragan para santri selama kurang lebih delapan bulan. Berbekal kanuragan dan ilmu pencak silat, para santri tidak khawatir lagi terhadap gangguan dari luar. Bahkan Kiai Hasyim sering mengadakan ronda malam seorang diri. Kawanan penjahat sering beradu fisik dengannya, namun dapat diatasi dengan mudah. Banyak di antara kawanan penjahat yang kemudian meminta diajari ilmu pencak silat dan bersedia menjadi pengikut Kiai Hasyim. Sejak saat itu Kiai Hasyim mulai diakui sebagai bapak, guru, sekaligus pemimpin masyarakat. Selain dikenal ahli dalam ilmu pencak silat, Kiai Hasyim juga dikenal ahli dalam bidang pertanian, pertanahan, serta produktif dalam menulis. Kiai Hasyim menjadi teladan bagi masyarakat sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Suatu ketika anak seorang majikan Pabrik Gula Tjoekir berkebangsaan Belanda menderita sakit parah dan dalam keadaan kritis. Setelah dimintakan air doa kepada Kiai Hasyim, anak tersebut sembuh. [rka]
Cikal bakal lahirnya perguruan silat PSHT diawali Eyang Suro menimba ilmu agama dan silat di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. itu tidak lepas dari sosok Eyang Suro. Eyang Suro atau Ki Ageng Ngabei Soerjodiwirjo lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 1876. Muhamad Masdan adalah nama adalah seorang mantri cacar di kawasan Ngimbang, Jombang, Ki Ngabei Soerjomihardjo. Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirdjo memiliki garis silsilah dengan Betoro Katong yang merupakan pendiri kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Baca lebih lajutSolopos » Loading news...Failed to load depan, tiket kereta jarak jauh bisa dipesan H-90 keberangkatan - ANTARA NewsANTARA - PT Kereta Api Indonesia KAI memperpanjang periode pemesanan tiket kereta api jarak jauh. Per 10 Juni 2023, Vice President of Public Relations KAI ... Baca lebih lajut >> Pernah Jadi Organisasi Sayap Partai Demokrat, Ini Profil Partai Kebangkitan NusantaraKendati baru dideklarasikan pada 2021, cikal bakal Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN ternyata telah berdiri sejak Taman Siswa Dibersihkan Beramai-ramai Pascadigunakan untuk Menampung Pelaku KerusuhanKompleks bersejarah Pendapa Taman Siswa dibersihkan setelah lima hari sebelumnya digunakan untuk menampung pelaku kerusuhan antara anggota PSHT dengan suporter sepak bola Brajamusti yang sempat Pemenuhan Gizi Masyarakat dan Peningkatan EkonomiMewakili Bupati Jember Hendy Siswanto, Wakil Bupati Wabup Jember MB Firjaun Barlaman meninjau penaburan benih ikan di sungai Desa Ajung, Kecamatan Kalisat, kemarin 9/6. Penaburan benih ikan itu dilakukan sebagai cikal bakal pilot project meningkatkan devisa di Buka-bukaan soal Kemungkinan Bakal Cawapres yang Dipilih, TernyataBakal Capres 2024 Ganjar Pranowo mengaku bakal dilibatkan untuk menentukan bakal cawapres Proses Memilih Cawapres Sudah Selesai, Anies Tinggal UmumkanJubir bacapres Anies Baswedan, Sudirman Said, mengatakan Anies sudah selesai memilih siapa bakal cawapresnya, tinggal menunggu hari baik untuk Silat Jadi Tersangka Penganiayaan yang Tewaskan Siswa SMK LampungPolres Lampung Tengah menetapkan guru silat menjadi tersangka terkait kematian Muhammad Akil, seorang siswa SMK Al Hikmah yang diduga korban penganiayaan.
amalan ilmu tebu ireng